Dua institusi penegak hukum ini memang sering berselisih pendapat, masalahnya adalah keduanya mempunyai garapan yang sama. Perselisihan sebelumnya yang terbilang cukup besar sebelumnya adalah kasus Bank Century,
hingga muncul istilah cicak dan kadal yang di cetuskan oleh Susno Duaji
waktu itu. Perselisihan dan silang sengkarut tersebut belakangan muncul
kembali yaitu terhadap penyelesaian kasus korupsi pengadaan simulator SIM dengan tersangka utama petinggi Polisi Djoko Susilo.
Dimata rakyat, KPK adalah harapan bagi terhapusnya berbagai macam tindak korupsi di negeri ini, namun ironisnya sebelum kasus simulator SIM ini menyeruak ke permukaan, tindakan merongrong langkah KPK sudah terjadi seperti masalah pembangunan gedung KPK yang sangat sulit sekali mendapatkan anggaran dan pembatasan hak sadap KPK. KPK tanpa hak sadap maka bagaikan orang buta disuruh mencari jarum.
KPK di bentuk untuk memberantas korupsi yang sangat pelik dinegeri Indonesia, tapi hak sadapnya dihilangkan ini berarti langkah "guyonan" yang dibuat pemerintah untuk menghilangkan korupsi.
Kembali kepada perselisihan antara KPK dengan POLRI, jika muncul pertanyaan "akan dimenangkan oleh siapa..?" jawabannya adalah, akan dimenangkan oleh KPK alasannya adalah KPK didukung oleh rakyat yang muak dan marah terhadap berbagai macam perilaku "konyol" institusi di negeri ini, Polisi korupsi, Anggota Dewan Mesum, Pejabat pemerintah menyalahgunakan jabatannya dan seabrek tindakan memalukan lainnya, itu semua akan menjadi bahan bakar di dalam sekam penderitaan rakyat. Jika perselisihan KPK-POLRI saat ini di menangkan POLRI maka bisa saja peristiwa tahun 1997 silam akan terulang kembali. Apalagi keterbatasan pemikiran rakyat menganggap bahwa kasus simulator SIM kali ini penuh rekayasa terkait dengan "dikriminalisasikannya" Kompol Novel Baswedan, terlepas dari benar atau tidaknya kasus yang menjerat Novel, maka benar apa yang dikatakan oleh Presiden SBY bahwa penanganan kasus Kompol Novel Baswedan saat ini tidaklah tepat.
Yang perlu diingat, bagi rakyat semua institusi pemerintah haruslah bagaikan Malaikat dan benar-benar tulus mengabdi, oleh sebab itu sedikit saja kesalahan yang dilakukan pejabat akan seperti semut yang dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan sekian juta pembesaran.
Jadi tanyalah hati jika ingin mencalonkan diri untuk menjadi menjadi pejabat, ingin mengabdi kepada rakyat atau untuk memperkaya diri dan mendapatkan popularitas? jika jawabannya adalah yang kedua maka berarti anda telah mempertaruhkan masa depan negeri ini yang juga masa depan anak cucu kita.
http://realifact.blogspot.com/2012/10/adu-kuat-kpk-vs-polri.html
Dimata rakyat, KPK adalah harapan bagi terhapusnya berbagai macam tindak korupsi di negeri ini, namun ironisnya sebelum kasus simulator SIM ini menyeruak ke permukaan, tindakan merongrong langkah KPK sudah terjadi seperti masalah pembangunan gedung KPK yang sangat sulit sekali mendapatkan anggaran dan pembatasan hak sadap KPK. KPK tanpa hak sadap maka bagaikan orang buta disuruh mencari jarum.
KPK di bentuk untuk memberantas korupsi yang sangat pelik dinegeri Indonesia, tapi hak sadapnya dihilangkan ini berarti langkah "guyonan" yang dibuat pemerintah untuk menghilangkan korupsi.
Kembali kepada perselisihan antara KPK dengan POLRI, jika muncul pertanyaan "akan dimenangkan oleh siapa..?" jawabannya adalah, akan dimenangkan oleh KPK alasannya adalah KPK didukung oleh rakyat yang muak dan marah terhadap berbagai macam perilaku "konyol" institusi di negeri ini, Polisi korupsi, Anggota Dewan Mesum, Pejabat pemerintah menyalahgunakan jabatannya dan seabrek tindakan memalukan lainnya, itu semua akan menjadi bahan bakar di dalam sekam penderitaan rakyat. Jika perselisihan KPK-POLRI saat ini di menangkan POLRI maka bisa saja peristiwa tahun 1997 silam akan terulang kembali. Apalagi keterbatasan pemikiran rakyat menganggap bahwa kasus simulator SIM kali ini penuh rekayasa terkait dengan "dikriminalisasikannya" Kompol Novel Baswedan, terlepas dari benar atau tidaknya kasus yang menjerat Novel, maka benar apa yang dikatakan oleh Presiden SBY bahwa penanganan kasus Kompol Novel Baswedan saat ini tidaklah tepat.
Yang perlu diingat, bagi rakyat semua institusi pemerintah haruslah bagaikan Malaikat dan benar-benar tulus mengabdi, oleh sebab itu sedikit saja kesalahan yang dilakukan pejabat akan seperti semut yang dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan sekian juta pembesaran.
Jadi tanyalah hati jika ingin mencalonkan diri untuk menjadi menjadi pejabat, ingin mengabdi kepada rakyat atau untuk memperkaya diri dan mendapatkan popularitas? jika jawabannya adalah yang kedua maka berarti anda telah mempertaruhkan masa depan negeri ini yang juga masa depan anak cucu kita.
http://realifact.blogspot.com/2012/10/adu-kuat-kpk-vs-polri.html
GABUNG Halaman Facebook saya
Info Menarik KKK Blogger's
Dengan mengklik Tombol SUKA dibawah ini