Rasanya baru ini saya mengunjungi Kota di Indonesia yang beda dengan
Kota lain di Nusantara. Perbedaan Kota Timika, Mimika, Papua dengan yang
lain mulai pengamanan hingga tata kotanya. Berikut catatan Wartawan
Jambi Ekspres SETYA NOVANTO yang baru pulang dari sana.
KESAN Kota Timika yang menjadi pusat tambang PT Freeport sudah terasa di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Jakarta.
Kesan tersebut berupa keamanan yang sangat ketat ketika akan check in di pesawat Airfast Indonesia yang disewa oleh PT Freeport Indonesia sebagai alat transportasi seluruh karyawan PT Freeport dari dan ke Kota di luar Timika.
Suasana Penambangan Freeport
Keamanan yang ketat ini dilakukan karena di Timika menjadi pusat Tambang terbesar di dunia yang dilakukan PT Freeport Indonesia yang notabene perusahaan asal Amerika. Makanya tidak salah Kota Timika banyak disebut Amerika-nya Papua.
Begitu check in, semua orang yang akan berangkat menuju Timika penumpang wajib menunjukkan identitas resmi, tak terkecuali karyawan PT Freeport Indonesia sendiri.
Untuk orang yang baru pertama kali naik Airfast Indonesia, penumpang wajib untuk difoto sebelum dinyatakan resmi bisa naik pesawat.
“Ya beginilah sehari-hari yang dilakukan oleh keamanan Airfast Indonesia untuk mengecek penumpang. Ini dilakukan juga demi kepentingan bersama,”ujar Juru Bicara PT Freeport Indonesia Ramdani Sirait kepada Jambi Ekspres.
Setelah check in, penumpang yang dinyatakan lolos bisa naik pesawat ternyata diperiksa kembali. Untuk pemeriksaan kedua ini dilakukan lebih ketat.
Pemeriksaan kedua ini boleh dibilang mirip seperti pengalaman penulis saat akan ke Beijing, Tiongkok dan keluar dari Hongkong di Bandara Hongkong November 2010 kemarin.
Semua penumpang yang akan naik barang bawaan semua dibuka, hebatnya lagi ini dilakukan juga terhadap karyawan PT Freeport sendiri. Setelah dinyatakan clear, penumpang baru boleh naik pesawat Airfast Indonesia.
“Memang ketat, tadi lihat sendiri kan? Semua karyawan juga dicek satu persatu,”ungkap Dani-sapaan akrab Ramdani Sirait yang juga alumni SMA Negeri 3 Jambi ini.
“Airfast Indonesia memang sangat ketat. Pengamanan pesawat ini lebih baik mengancel penumpang yang akan berangkat daripada nanti ada masalah,”tambah Stefanus Branco, staf Corcon PT Freeport Indonesia yang menemani selama kunjungan beberapa Pemimpin Redaksi surat kabar di Indonesia di tambang Freeport.
Kesan Kota Timika sebagai kota Freeport juga terasa ketika didalam pesawat Airfast Indonesia. Semua aksesoris yang ada dipesawat “berbau” PT Freeport mulai dari sabuk pengaman hingga majalah-majalah untuk bacaan setiap penumpang juga saat terasa Freeportnya.
“Kota Timika ini benar-benar Freeport. Dan benar-benar sangat beda dengan Kota yang lain,”ungkap Don Kardono, pemimpin Redaksi INDOPOS (Jawa Pos Group).
Akhirnya tepat pukul 21.45 WIB, pesawat MD-82 Airfast Indonesia terbang ke Timika. Sejauh mana sih Timika? Dari Jakarta masih bisa ditempuh 6 jam, setelah dikurangi perbedaan waktu 2 jam. Itu sudah termasuk transit minimal di dua kota, Surabaya-Makasar, atau Denpasar-Makasar.
Lebih jauh lautan Somalia, lebih jauh Kairo-Mesir, Tripoli-Libya, atau Fukushima-Jepang sana. Ibarat gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang laut begitu jelas!
Penduduk Kwamki Lama
“Transit dilakukan untuk mengambil karyawan atau keluarga dari PT Freeport yang melakukan liburan di luar Kota Timika,”jelas Dani yang juga mantan wartawan ini.
Dani menjelaskan, semua karyawan PT Freeport saat naik pesawat Airfast Indonesia gratis karena sudah ditanggung oleh perusahaan.
“ Jadi karyawan itu diberi jatah tertentu untuk naik pesawat tinggal bagaimana mengaturnya saja,”jelasnya.
Akhirnya tepat pukul 06.15 WIT atau pukul 04.15 WIB pesawat Airfast Indonesia mendarat di Bandara Internasional Mozes Kilangin di Timika. Bandara ini juga sudah “berbau” Freeport. Karena dulunya bandara ini dibangun oleh PT Freeport untuk memperlancar arus transportasi.
Selain Airfast Indonesia, di Bandara ini juga ada pesawat Garuda Indonesia yang melayani menuju Kota-Kota besar di Indonesia. Untuk Airfast sendiri dari Bandara Mozes Kilangin juga melayani perjalanan karyawan menuju Australia.
Sebelum dilanjutkan menuju Kota Tembagapura hingga Grasberg, rombongan diterima beberapa staf PT Freeport Indonesia dan langsung dibawa ke Rimba Papua Hotel (RPH). Di hotel yang sebagian besar sahamanya milik PT Freeport ini dulunya bernama Hotel Sheraton.
“Setelah diambil oleh PT Freeport, namanya diganti menjadi Rimba Papua Hotel,”ungkap Dani.
Kesan lain kota ini beda dengan yang ada di Nusantara yakni saat naik mobil menuju Rimba Papua Hotel. Meski bisa ditempuh kurang lebih 15 menit dari Bandara, penumpang harus tertib, sabuk pengaman mulai yang duduk dibangku depan hingga tengah wajib dipakai.
“Ini peratuan disini (Timika, red). Bagi yang melanggar SIM pengemudi bisa dicabut,”ungkap Branco.
Kuala Kencana
Tembagapura
KESAN Kota Timika yang menjadi pusat tambang PT Freeport sudah terasa di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Jakarta.
Kesan tersebut berupa keamanan yang sangat ketat ketika akan check in di pesawat Airfast Indonesia yang disewa oleh PT Freeport Indonesia sebagai alat transportasi seluruh karyawan PT Freeport dari dan ke Kota di luar Timika.
Suasana Penambangan Freeport
Keamanan yang ketat ini dilakukan karena di Timika menjadi pusat Tambang terbesar di dunia yang dilakukan PT Freeport Indonesia yang notabene perusahaan asal Amerika. Makanya tidak salah Kota Timika banyak disebut Amerika-nya Papua.
Begitu check in, semua orang yang akan berangkat menuju Timika penumpang wajib menunjukkan identitas resmi, tak terkecuali karyawan PT Freeport Indonesia sendiri.
Untuk orang yang baru pertama kali naik Airfast Indonesia, penumpang wajib untuk difoto sebelum dinyatakan resmi bisa naik pesawat.
“Ya beginilah sehari-hari yang dilakukan oleh keamanan Airfast Indonesia untuk mengecek penumpang. Ini dilakukan juga demi kepentingan bersama,”ujar Juru Bicara PT Freeport Indonesia Ramdani Sirait kepada Jambi Ekspres.
Setelah check in, penumpang yang dinyatakan lolos bisa naik pesawat ternyata diperiksa kembali. Untuk pemeriksaan kedua ini dilakukan lebih ketat.
Pemeriksaan kedua ini boleh dibilang mirip seperti pengalaman penulis saat akan ke Beijing, Tiongkok dan keluar dari Hongkong di Bandara Hongkong November 2010 kemarin.
Semua penumpang yang akan naik barang bawaan semua dibuka, hebatnya lagi ini dilakukan juga terhadap karyawan PT Freeport sendiri. Setelah dinyatakan clear, penumpang baru boleh naik pesawat Airfast Indonesia.
“Memang ketat, tadi lihat sendiri kan? Semua karyawan juga dicek satu persatu,”ungkap Dani-sapaan akrab Ramdani Sirait yang juga alumni SMA Negeri 3 Jambi ini.
“Airfast Indonesia memang sangat ketat. Pengamanan pesawat ini lebih baik mengancel penumpang yang akan berangkat daripada nanti ada masalah,”tambah Stefanus Branco, staf Corcon PT Freeport Indonesia yang menemani selama kunjungan beberapa Pemimpin Redaksi surat kabar di Indonesia di tambang Freeport.
Kesan Kota Timika sebagai kota Freeport juga terasa ketika didalam pesawat Airfast Indonesia. Semua aksesoris yang ada dipesawat “berbau” PT Freeport mulai dari sabuk pengaman hingga majalah-majalah untuk bacaan setiap penumpang juga saat terasa Freeportnya.
“Kota Timika ini benar-benar Freeport. Dan benar-benar sangat beda dengan Kota yang lain,”ungkap Don Kardono, pemimpin Redaksi INDOPOS (Jawa Pos Group).
Akhirnya tepat pukul 21.45 WIB, pesawat MD-82 Airfast Indonesia terbang ke Timika. Sejauh mana sih Timika? Dari Jakarta masih bisa ditempuh 6 jam, setelah dikurangi perbedaan waktu 2 jam. Itu sudah termasuk transit minimal di dua kota, Surabaya-Makasar, atau Denpasar-Makasar.
Lebih jauh lautan Somalia, lebih jauh Kairo-Mesir, Tripoli-Libya, atau Fukushima-Jepang sana. Ibarat gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang laut begitu jelas!
Penduduk Kwamki Lama
“Transit dilakukan untuk mengambil karyawan atau keluarga dari PT Freeport yang melakukan liburan di luar Kota Timika,”jelas Dani yang juga mantan wartawan ini.
Dani menjelaskan, semua karyawan PT Freeport saat naik pesawat Airfast Indonesia gratis karena sudah ditanggung oleh perusahaan.
“ Jadi karyawan itu diberi jatah tertentu untuk naik pesawat tinggal bagaimana mengaturnya saja,”jelasnya.
Akhirnya tepat pukul 06.15 WIT atau pukul 04.15 WIB pesawat Airfast Indonesia mendarat di Bandara Internasional Mozes Kilangin di Timika. Bandara ini juga sudah “berbau” Freeport. Karena dulunya bandara ini dibangun oleh PT Freeport untuk memperlancar arus transportasi.
Selain Airfast Indonesia, di Bandara ini juga ada pesawat Garuda Indonesia yang melayani menuju Kota-Kota besar di Indonesia. Untuk Airfast sendiri dari Bandara Mozes Kilangin juga melayani perjalanan karyawan menuju Australia.
Sebelum dilanjutkan menuju Kota Tembagapura hingga Grasberg, rombongan diterima beberapa staf PT Freeport Indonesia dan langsung dibawa ke Rimba Papua Hotel (RPH). Di hotel yang sebagian besar sahamanya milik PT Freeport ini dulunya bernama Hotel Sheraton.
“Setelah diambil oleh PT Freeport, namanya diganti menjadi Rimba Papua Hotel,”ungkap Dani.
Kesan lain kota ini beda dengan yang ada di Nusantara yakni saat naik mobil menuju Rimba Papua Hotel. Meski bisa ditempuh kurang lebih 15 menit dari Bandara, penumpang harus tertib, sabuk pengaman mulai yang duduk dibangku depan hingga tengah wajib dipakai.
“Ini peratuan disini (Timika, red). Bagi yang melanggar SIM pengemudi bisa dicabut,”ungkap Branco.
Kuala Kencana
Tembagapura