Bersahaja, minim ornamen, namun sakral dan sangat monumental. Ini menjadi ciri Masjid Agung Djenne, yang berdiri sejak tahun 1906 di kota Djenne, Mali.
Didirikan di bawah pengawasan pakar bangunan bernama Ismaila Traore, masjid yang mampu menampung 3.000 orang ini terbuat dari lumpur padat yang dikeringkan dengan sinar matahari. Untuk lapisan luarnya, digunakan plester berbahan dasar serupa sehingga memberi tampilan halus.
Megahnya masjid yang masuk dalam daftar situs bersejarah UNESCO pada 1988 ini termasuk tidak biasa, bila dibandingkan masjid di Afrika pada umumnya. Sebab, bentuknya tak seperti masjid-masjid lain yang cenderung mengacu ke bentuk masjid atau bangunan yang bernapas Timur Tengah.
Dinding masjid ini memiliki ketebalan 40 hingga 60 sentimeter karena harus menopang struktur lebih berat. Selain itu, dinding dibuat tubal agar dapat juga melindungi masjid dari perubahan cuaca yang drastis setiap harinya.
Selain lumpur, terdapat pula struktur rangka kayu dari batang palem. Kayu-kayu itu tidak berfungsi sebagai balok, melainkan sebagai fondasi. Setiap tahun, saat musim panas, Masjid Agung Djenne dirawat atau dipugar dengan pengawasan 80 ahli bangunan senior. Kegiatan ini menjadi festival menarik bagi warga Djenne.
sumber-jurnaldunia.com
GABUNG Halaman Facebook saya
Info Menarik KKK Blogger's
Dengan mengklik Tombol SUKA dibawah ini