Orang Jepang cenderung memiliki struktur wajah oval bermata besar dan
hidung yang lebih jelas. Wanita Jepang sering memakai make up tebal
memberikan kesan warna kulit putih pucat.
B. Perilaku Baik Yang Dapat Menginspirasi
Orang Jepang itu . . .
1. Ramah dan sopan
Khas budaya
negara timur, penduduknya biasanya sangat ramah dan bersahabat. Orang
Jepang cenderung untuk selalu menyapa dan mengucapkan salam kepada orang
yang ditemuinya, sekalipun itu orang asing yang belum mereka kenal.
Sama halnya dengan budaya Jawa dan berbeda dengan budaya
barat,
budaya Jepang memperhatikan penghormatan dan sikap sopan kepada orang
yang memiliki status sosial lebih tinggi atau lebih tua. Bahasa Jepang
juga memiliki kosa kata khusus yang digunakan untuk menunjukkan
penghormatan atau yang lebih sopan seperti "krama inggil" dalam bahasa
Jawa.
2. Ekspresif
Mungkin inilah ciri yang paling mencolok dari orang Jepang. Kalau kalian pernah menonton dorama atau
anime,
atau membaca manga pasti sering menemui ciri ekspresif ini, bagaimana
mereka menunjukkan rasa suka, sedih, terkejut dan lain-lainnya.
Saya belum pernah bertemu dengan orang yang seekspresif orang Jepang. Dan yang kadang membuat saya
tidak habis pikir adalah bagaimana bisa sifat ekspresif ini menjadi
ciri suatu komunitas? Apakah sifat ini sudah terdefinisikan di dalam DNA
mereka? Sebelum bertemu dengan orang Jepang, saya berpikir bahwa sifat ekspresif yang meledak-ledak hanya dimiliki oleh orang-orang sanguinis saja.
Ciri
ekspresif ini juga yang menjadikan orang Jepang adalah teman mengobrol
yang asyik. Dengan sifat ekspresif ini mereka bisa berkomunikasi dengan
empati. Tidak peduli seberapa sederhananya topik pembicaraannya, hal itu
bisa terasa sangat menarik karena respon ekspresif yang diberikan oleh
orang Jepang. Mungkin ini juga alasan mengapa di setiap program TVnya
entah itu acara berita atau hiburan, melibatkan begitu banyak presenter.
3. Menghargai Usaha / Proses
Ini
adalah salah satu karakter positif yang dimiliki oleh orang Jepang.
Mereka tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi lebih berorientasi
pada proses. Mereka sangat menghargai usaha dan kesungguhan seseorang.
Sekalipun hasil yang dicapai oleh seseorang tidak sesuai dengan yang
diharapkan, tetapi jika orang tersebut sudah berusaha dengan sangat
keras, maka mereka akan mengapresiasi dengan baik orang tersebut. Sikap
menghargai usaha ini juga tampak dari ekspresi mereka yang selalu
bersemangat menyongsong setiap pekerjaan dan tantangan, karena mereka
yakin dengan semangat dan kerja keras akan memberikan hasil yang baik.
Yosh..ganbatte ne!
4. Tumbuh Sebagai Satu Komunitas
Orang Jepang cenderung maju dan
berkembang sebagai satu komunitas daripada sebagai individu-individu
yang terpisah. Kultur kebersamaan ini bisa terlihat jika kita sudah
bergabung
dengan komunitas tertentu, misalnya di laboratorium, unit kegiatan
mahasiswa, atau perusahaan. Mereka membentuk program-program atau
kegiatan yang dapat memacu kemajuan bersama. Contohnya
training bersama, konsep senior yang mendampingi junior, kegiatan saling mengajar atau
knowledge transfer untuk mendistribusikan kemampuan anggota yang lebih unggul kepada anggota lainnya. Selain itu ketika mereka sudah bergabung
dalam komunitas tertentu, maka mereka lebih dikenal identitas
komunitasnya daripada identitas individunya. Kombinasi antara kebanggaan
akan komunitasnya dan usaha-usaha untuk memajukan komunitasnya inilah
yang menjadikan masyarakat Jepang tumbuh dalam komunitas-komunitas yang
kuat dan progresif.
5. Prosedural, Well Organized, Tekun, dan Teliti
Menurut saya
sifat-sifat ini turunan dari karakter yang menghargai usaha. Untuk
meraih hasil yang memuaskan, di dalam bekerja orang Jepang sangat
memperhatikan urutan langkah-langkahnya. Jika mereka diberikan petunjuk
untuk menyelesaikan pekerjaan atau menggunakan suatu alat, maka mereka
akan dengan teliti membaca petunjuknya dari awal hingga akhir tanpa ada
yang terlewat lalu benar-benar mengerjakan sesuai dengan petunjuk yang
diberikan. Sangat prosedural. Jangan heran ketika melihat seorang
masinis kereta yang sudah bekerja puluhan tahun, ketika menjalankan
tugasnya dia masih dengan semangat menunjuk-nunjuk panel-panel kontrol
sambil berbicara pada dirinya sendiri, itu semata-mata dilakukan untuk
memastikan dia tidak salah dalam melakukan tugasnya. Meski mereka telah
sering menjalani rutinitas itu, ketekunan dan ketelitiannya tidak
berkurang. Orang Jepang memang sangat cocok untuk jenis pekerjaan yang
berupa rutinitas dan membutuhkan ketelitian.
Hal ini juga yang
berlaku dalam hal mematuhi aturan lalu lintas atau peraturan lainnya.
Tidak peduli kondisi di lapangan seperti apa atau apakah ada peluang
untuk melanggar, mereka akan tetap mematuhi peraturan. Kalau kalian
coba
bertanya kepada mereka kenapa mereka selalu taat kepada setiap aturan,
maka jawabannya akan sederhana karena itu adalah aturan, titik.
C. Pilar Hidup / Nilai Budaya Orang Jepang
Pilar utama nilai-nilai budaya Jepang dikenal dengan wa (harmoni), kao
(reputasi), dan omoiyari (loyalitas). Konsep wa mengandung makna
mengedepankan semangat teamwork, menjaga hubungan baik, dan menghindari
ego individu. Kao berarti wajah. Wajah merupakan cermin harga diri,
reputasi, dan status sosial. Masyarakat Jepang pada umumnya menghindari
konfrontasi dan kritik terbuka secara langsung. Membuat orang lain
"kehilangan muka" merupakan tindakan tabu dan dapat menyebabkan
keretakan dalam hubungan bisnis.
Sedangkan omoiyari berarti sikap empati dan loyalitas. Spirit omoiyari
menekankan pentingnya membangun hubungan yang kuat berdasarkan
kepercayaan dan kepentingan bersama dalam jangka panjang.
Kaizen
Kaizen merupakan istilah bahasa jepang terhadap continuous improvement.
Kai berarti perubahan, zen berarti baik.
Jadi kaizen berarti melakukan perubahan agar lebih baik secara terus menerus.
Bushido
Bushido adalah kode atau prinsip yg dianut oleh para samurai Jepang.
Prinsip bushido Menekankan pada kehormatan, keberanian, dan kesetian kepada atasan melebihi apapun.
Pejuang
samurai yang ideal adalah mereka yang tidak mempunyai rasa takut
terhadap kematian tetapi mereka takut jika tugas yang mereka emban tidak
berhasil.
Makoto
Makoto berarti bersungguh-sungguh dengan
selalu berkata dan bertindak jujur dengan tidak berlaku curang baik
kepada kawan maupun lawan.
Genchi Genbutsu
Definisi harfiah Genchi Genbutsu dari bahasa Jepang adalah 'go and see the problem'.
Genchi
genbutsu bukan sekadar teori, melainkan lebih menekankan pada praktek
dimana kita harus langsung mendatangi masalah untuk mengetahui masalah
tersebut.
Hansei
Dalam bahasa Jepang , hansei berarti perenungan.
Dalam manajemen bisnis, hansei berarti peninjauan ulang secara cermat yang dilakukan setelah tindakan diambil.
Tidak perduli hasil akhirnya sukses atau gagal, mereka tetap harus meninjau hasilnya.
Hansei berlawanan dengan pola pikir "KALAU TIDAK RUSAK BUAT APA DIPERBAIKI".
Kebanyakan kita masih menunggu rusak baru diperbaiki…