Koteka adalah salah satu keragaman kekayaan budaya Indonesia. Yang belum pernah datang ke Irian khususnya di daerah sekitar lembah Baliem, mungkin pernah melihat tayangan di televisi tentang pemakaian busana tradisional suku Dani ini. Bentuknya unik mungkin juga lucu bahkan ada yang menganggap porno, tapi itulah budaya kadang terlihat aneh jika di lihat dari kacamata kita. Kita hanya bisa menilai dan jangan coba-coba memaksakan pandangan kita agar di lakukan oleh orang lain.
Koteka adalah pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki dalam budaya penduduk asli pulau Papua.
Pengertian koteka secara harfiah, berarti pakaian, ini berasal dari bahasa Mee. Sementara itu Suku Dani yang hidup di Lembah Baliem-Wamena-Kabupaten Jayawijaya menyebut pakaian tradisional laki-laki ini dengan nama holim atau horim. Masing-masing suku di Irian mempunyai istilah sendiri-sendiri untuk menyebutnya. Namun yang populer di telinga kita adalah Koteka.
Koteka di buat dari kulit buah labu-labuan yang berbentuk panjang dan berkulit keras atau nama Latinnya Lagenaria Sicecaria
Orang Mee menyebutnya bobbe. Bobbe biasanya di tanam di kebun atau di halaman rumah. Proses pembuatannya, bobbe dipetik (biasanya yang sudah tua) kemudian dimasukkan kedalam pasir halus. Di atas pasir halus tersebut dibuat api yang besar. Setelah panas kulit bobbe akan lembek dan isinya akan mencair, lalu biji-biji beserta cairan akan keluar dari dalam ruas bobbe. Setelah itu, bobbe digantung (dikeringkan) di perapian hingga kering. Setelah kering dilengkapi dengan anyaman khusus dan siap pakai sebagai koteka.
Mengenai ukuran dan bentuk koteka tak berkaitan dengan status pemakainya. Ukuran biasanya berkaitan dengan aktivitas pengguna, hendak bekerja atau upacara. Banyak suku-suku di sana dapat dikenali dari cara mereka menggunakan koteka. Koteka yang pendek digunakan saat bekerja, dan yang panjang dengan hiasan-hiasan digunakan dalam upacara adat.
Namun demikian, setiap suku memiliki perbedaan bentuk koteka. Suku Yali misalnya, menyukai bentuk labu yang panjang. Sedangkan orang Tiom biasanya memakai dua labu.
http://realifact.blogspot.com/2012/08/berbagai-macam-bentuk-dan-cara.html
Koteka adalah pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki dalam budaya penduduk asli pulau Papua.
Pengertian koteka secara harfiah, berarti pakaian, ini berasal dari bahasa Mee. Sementara itu Suku Dani yang hidup di Lembah Baliem-Wamena-Kabupaten Jayawijaya menyebut pakaian tradisional laki-laki ini dengan nama holim atau horim. Masing-masing suku di Irian mempunyai istilah sendiri-sendiri untuk menyebutnya. Namun yang populer di telinga kita adalah Koteka.
Koteka di buat dari kulit buah labu-labuan yang berbentuk panjang dan berkulit keras atau nama Latinnya Lagenaria Sicecaria
Orang Mee menyebutnya bobbe. Bobbe biasanya di tanam di kebun atau di halaman rumah. Proses pembuatannya, bobbe dipetik (biasanya yang sudah tua) kemudian dimasukkan kedalam pasir halus. Di atas pasir halus tersebut dibuat api yang besar. Setelah panas kulit bobbe akan lembek dan isinya akan mencair, lalu biji-biji beserta cairan akan keluar dari dalam ruas bobbe. Setelah itu, bobbe digantung (dikeringkan) di perapian hingga kering. Setelah kering dilengkapi dengan anyaman khusus dan siap pakai sebagai koteka.
Mengenai ukuran dan bentuk koteka tak berkaitan dengan status pemakainya. Ukuran biasanya berkaitan dengan aktivitas pengguna, hendak bekerja atau upacara. Banyak suku-suku di sana dapat dikenali dari cara mereka menggunakan koteka. Koteka yang pendek digunakan saat bekerja, dan yang panjang dengan hiasan-hiasan digunakan dalam upacara adat.
Namun demikian, setiap suku memiliki perbedaan bentuk koteka. Suku Yali misalnya, menyukai bentuk labu yang panjang. Sedangkan orang Tiom biasanya memakai dua labu.
http://realifact.blogspot.com/2012/08/berbagai-macam-bentuk-dan-cara.html
GABUNG Halaman Facebook saya
Info Menarik KKK Blogger's
Dengan mengklik Tombol SUKA dibawah ini