Cara untuk menjadi kaya ada 3 cara 
yang bisa digunakan, dan Anda bisa pilih salah satunya, pertama Anda 
terlahir dari keluarga kaya sehingga secara otomatis Anda menjadi orang 
kaya, atau bila tidak pilihlah cara kedua yaitu nikahi orang kaya hingga
 Anda bisa ikut jadi kaya, tapi cara kedua ini biasanya membutuhkan 
modal wajah cantik dan ganteng, lalu bila kedua cara tersebut tak bisa 
dan bukan takdir Anda sahabat absoluterevo maka pakailah cara terakhir 
atau cara ketiga yaitu bekerja keras dibarengi berpikir cerdas, karena 
bekerja keras saja tidaklah cukup.
![[imagetag]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9Wlhl9dqlp1A5ArdgCAX7LxXsMN-dJzE5WW54RRr0G9GP9zG-ZvYdREodlxeUPOPkmslhG2JvpgQk06FjCs_vswEwrfURsoXpBD9gTDyZXo5jgfRe_UThpS38M9t93O6Y3pav-uUX1vY/s1600/wanita+kaya.jpg) Zhang Xin saat bertemu dengan bos Microsoft Bill gates
Zhang Xin saat bertemu dengan bos Microsoft Bill gates 
Cara ketiga
 inilah yang ditempuh oleh Zhang Xin wanita yang kini menjadi salah satu
 wanita terkaya di dunia asal Cina, siapa sangka seorang Zhang Xin yang 
dulunya hanya seorang biasa-biasa tapi kini menjadi orang yang luar 
biasa, bagaimana kisah selengkapnya mari kita simak bersama. 
Namanya begitu populer di China. 
Namun siapa sangka, ratu properti ini masa kecilnya penuh dengan 
kesengsaraan. Zhang Xin, sang ratu properti, menghabiskan masa kecilnya 
di lantai lima, rumah susun di pinggiran Beijing. Makan nasi ransum 
dengan mangkuk besi bersama anak-anak pekerja keras China yang lain.
Saat remaja, ia sempat menjadi buruh
 pabrik di Hong Kong. Bekerja 12 jam dengan shift. Saat kerja inilah, 
sedikit demi sedit, Zhang bisa mengumpulkan uang. Pada usia 20, Zhang 
telah memiliki uang cukup, dan memutuskan hijrah ke Inggris. Dia 
mendapatkan bea siswa di Sussex. Kemudian, dia melanjutkan di Cambridge 
untuk menyelesaikan gelar master.Pada usia 27 tahun, Zhang berhasil 
menyelesaikan studi S2 di bidang Development Economics dari Cambridge 
University.
Seperti kebanyakan orang Asia yang 
merantau untuk belajar, setelah bekerja keras dan bersaing untuk 
belajar, Zhang berhasil mendapatkan pekerjaan di perusahaan 
internasional Goldman Sachs and Travelers Group, membangun karirnya 
dalam investment banking. Dalam perjalanan karirnya,
 Zhang telah mewarnai media publikasi bisnis yang terkenal seperti 
BusinessWeek, Financial Times dan lainnya. Namun yang mengagumkan, Zhang
 Xin tetap dikenal sebagai seorang pribadi yang low profile di antara 
perkumpulan perantauan Cina. 
Kini, dua dekade setelah dia bekerja
 keras, Zhang bisa menatap dari lantai atas salah satu bangunan paling 
bergaya dan bergengsi di Beijing. Itulah bangunan miliknya, yang 
dibangun dari keringatnya sendiri. Zhang pun menjadi salah satu wanita 
terkaya dunia.
Baru-baru ini majalah Forbes 
menurunkan profil 10 perempuan miliarder dunia yang kekayaannya dari 
keringat sendiri. Bukan warisan maupun hibah. Salah satunya Zhang, yang 
memiliki kekayaan US$ 2 miliar atau sekitar Rp18 triliun.
![[imagetag]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiReblwR6JVURIDrwDxSmVYNUf1AbcCl97RlItJP2_2OFxkMHkuOhRX8aydm5bN_BYgtDi5xSeUpKJUFCVLXInMaczH1zG7n60rAGvPD43dVxiGOLMvHA7CCVQpiQdAJhv5vUN2z4kffH8/s1600/wanita+hebat.jpg) Zhang Xin memulai kesuksesan dari nol, Anda pun bisa seperti dia
Zhang Xin memulai kesuksesan dari nol, Anda pun bisa seperti dia 
Di bawah bendera SOHO, Zhang
 berhasil membangun kerajaan bisnis properti bersama suaminya. Dia 
berhasil mengubah cakrawala dari rumah beton kotor yang ia tinggali 
hingga 1970, menjadi gedung yang indah dan futuristik. “Pembangunan ini 
bertahap dan begitu lama,” kata dia kepada The Sunday Telegraph. 
“Saya
 teringat ketika kami sedang berjuang membayar gaji dan tagihan. 
Bagaimana pun perusahaan harus terus bergerak meskipun dengan utang. 
Dengan kontrol biaya yang ketat, kami pun secara bertahap bisa mendapat 
keuntungan.” Meski telah sukses, dia tidak mau memamerkan kekayaannya. 
Penampilannya sangat sederhana. Bila menggunakan make up, tidak begitu 
kentara. Begitu
 juga dengan perhiasan, juga tidak berlebih.pakaian sederhana, kegiatan 
akhir minggu untuk keluarga dan masih bepergian dengan penerbangan kelas
 bisnis. Tentu hal ini sangat berbeda dengan gaya hidup wanita sukses di
 negara kita dan di tempat-tempat lain http://ladjunewsonline.blogspot.com/2012/09/kisah-wanita-china-dari-buruh-pabrik.html 
Ditanya mobil apa yang dia pakai, 
dia ragu-ragu. Namun akhirnya menjawab. “Oh, itu Lexus. Saya tidak tahu 
modelnya.” Bahkan dengan triliunan rupiah kekayaan yang ia punya, Zhang 
tetap mempertahankan sikap hemat. Bila menggunakan pesawat, dia akan 
menolak menggunakan kelas satu. Padahal bagi dia, sangat mudah terbang 
ke mana pun dengan tiket paling mahal sekali pun.
“Ini bukan soal keterjangkauan, ini 
tentang hati nurani,” katanya. “Kelas bisnis ini sudah cukup nyaman.” 
Zhang yang sekarang berusia 45, lahir di China.
 Tumbuh dewasa selama paruh kedua dari Revolusi Kebudayaan (1966-1976). 
Dia merupakan putri generasi ketiga imigran Tionghoa yang pindah ke 
Burma dan kembali lagi ke Beijing pada 1950. Keluarga ini tinggal di 
sebuah bangunan utilitarian. Ibunya bekerja sebagai penerjemah resmi 
membantu menyebarluaskan pernyataan Deng Xiaoping dan Zhou Enlai. Saat 
sekolah, setiap siang Zhang pulang untuk makan nasi ransum dari kantin 
gedung itu. 
“Hanya ada tiga jenis makanan, semua
 cukup buruk,” kenang dia. “Kami masing-masing memegang mangkuk nasi dan
 dibawa ke kantin. Petugas membagikan makanan dari wadah yang sangat 
besar,” kata dia sambil menunjuk foto pekerja konstruksi yang sedang 
mengantre makan di salah satu proyek bangunannya. “Rasanya seperti itu, 
hanya jauh lebih buruk.”
Saat itu, Zhang mengatakan, Beijing 
adalah kota muram. “Bangunan-bangunan itu kelabu, semua orang berpakaian
 abu-abu. Kami tidak pernah melihat langit. Tidak ada gagasan dari 
langit biru untuk sebuah kemakmuran,” katanya. “Semua orang berpakaian 
sama, makan sama, perbedaan antara satu orang dengan lain sangat kecil. 
Mungkin sama seperti perbedaan satu rambut dengan rambut lain di kepala 
Anda,” ujar Zhang.
Bekerja sebagai buruh pabrik di Hong
 Kong baginya tidak jauh lebih baik. “Itu mengerikan,” katanya. Setelah 
“melarikan diri” ke Inggris, pintu Zhang mulai terbuka. Dengan gelar 
master ekonomi pembangunan di tangannya, ia mendapat pekerjaan 
pertamanya di Goldman Sachs.
Pada 1994 ia kembali ke China, 
tergoda seperti ekspatriat lainnya yang terpikat oleh tawaran zona 
ekonomi khusus dan reformasi ekonomi. Seorang teman menyarankan Zhang 
memulai bisnis properti. Pan Shiyi namanya. Dia yang datang dari 
keluarga lebih miskin dari Zhang, memandang masa depan bisnis properti 
sangat bagus.
Empat hari kemudian, Pan mengusulkan
 semua ide kepada perempuan itu. Lalu mereka mendirikan SOHO. Bersama 
Pan yang kemudian menjadi suaminya, Zhang memulai bisnisnya
 pada 2007. Perusahaan ini sempat kolaps dengan utang US$ 1,65 miliar, 
namun kemudian sedikit demi sedikit utangnya bisa direstrukturisasi. 
Tentang gaya hidup ini, wanita 45 
tahun ini berkata, “Ini bukan tentang kesanggupan, tapi tentang 
kesadaran”. Ya, sekalipun Anda telah bekerja keras dan bisa membayar apa
 pun yang Anda inginkan, tidak berarti menghamburkan uang adalah 
kewajaran. Semoga rasa nasionalisme Zhang Xin kepada negaranya dan 
kesadaran Zhang untuk hidup sederhana juga dapat menginspirasi kita 
untuk hidup lebih baik.
http://ladjunewsonline.blogspot.com/2012/09/kisah-wanita-china-dari-buruh-pabrik.html