UNIK

Translate

Inilah Suasana Kalau Gay Lagi Party [Laki di Larang Lihat]

Foto Di bawah adalah Suasana kalau Gay lagi Nadain Party.. kira kira Lucu Ngak Yach atau anda tertarik...he...he ladju news



 
Sumber

GABUNG Halaman Facebook saya 
Info Menarik KKK Blogger's
Dengan mengklik Tombol SUKA dibawah ini

Apel Daging Merah Mulai Dipasarkan di Inggris


Apel berdaging merah.
Apel berdaging merah. (sumber: PA/Daily Mail)
Memiliki sedikit rasa rasberi.

Musim panas yang panjang cenderung lembap, serta efek merugikan dari lebah telah menciptakan satu jenis buah yang unik. Bentuk luar mirip apel, namun dagingnya berwarna kemerahan.


Meski begitu, pemanennya tetap akan menjual buah dengan bentuk tak biasa tersebut di supermarket mulai minggu depan.


Dipanen oleh pakar pohon buah-buahan dari Worchestershire, apel jenis langka tersebut diberi nama Raspberry Ripple karena bentuknya mirip efek gelombang.


Supermarket yang akan menjual buah unik ini, Tesco, akan menghadirkan buah unik ini di 3 tokonya yang berada di London dan diharapkan akan merambah pula di toko-toko mereka lainnya di tahun depan.


Varietas buah yang harus tumbuh alami itu pertama kali ditemukan tak sengaja tumbuh di perkebunan area Hereford sekitar 9 tahun lalu. Lalu sengaja ditumbuh-kembangkan oleh perusahaan pengembang buah-buahan, Frank Matthews Ltd.


Pusat pengembang buah-buahan itu pertama kali dihubungi oleh petani lokal yang menginformasikan, pihaknya menemukan apel dengan daging berwarna merah.


Petani buah-buahan ini cukup puas dengan konsistensi warna merah di dalam buah tersebut di setiap pohon, yang konon memberi tambahan rasa seperti rasberi.


Sejak tahun 2010, memang sudah ada banyak apel dengan daging berwarna kemerahan yang ditemukan di beberapa daerah di Inggris, namun belum ada yang dijual di supermarket.


Nick Dunnes, pemilik Frank Matthews mengatakan, ketika ia melihat daging kemerahan pada apel itu ia langsung berpikir, hal ini akan menjadi kabar besar di industri apel.


"Tesco akan menjadi tempat pertama yang menjual apel jenis ini di Inggris. Harapannya, varietas ini bisa menjadi buah apel dengan penjualan tertinggi dalam waktu dekat," jelasnya.



http://www.beritasatu.com/food-travel/74791-apel-daging-merah-mulai-dipasarkan-di-inggris.html

GABUNG Halaman Facebook saya 
Info Menarik KKK Blogger's
Dengan mengklik Tombol SUKA dibawah ini

Anjing Pun Perlu Sekolah, Rekreasi, dan Hotel

Blanco, jenis anjing Samoyed yang dititipkan di Rumah Terraria 
Kondisi kandang penitipan di Rumah Terraria
Pelatihan kepatuhan tak hanya harus dimiliki anjing penjaga.

Ketika Cesar Millan, pembawa acara
Dog Whisperer hijrah ke Amerika Serikat, ia heran ketika melihat banyak anjing berjalan dengan diikat atau dirantai oleh tuannya. Sementara di Meksiko, ia biasa berjalan-jalan dengan anjingnya dengan bebas tanpa tali, dan anjingnya tetap bisa berjalan di sisinya dengan patuh.

Kepatuhan inilah yang tak banyak dimiliki dalam hubungan anjing dan tuannya. Dengan semakin banyaknya manusia yang memiliki anjing sebagai hewan peliharaan, maka topik kepatuhan ini menjadi salah satu kunci pentingnya kehadiran sosok seperti Cesar Millan dalam dunia kepemilikan anjing.


Sejak menjadi pembawa acara
Dog Whisperer, sosok Cesar Millan mendunia. Ia dianggap sebagai guru tempat para pemilik anjing dan yang ingin memiliki anjing, untuk bertanya dan mencari referensi tindakan-tindakan apa saja yang diperlukan untuk menjadikan hubungan manusia sebagai tuan – atau pack leader (idiom yang dipopulerkan Cesar) – dengan anjingnya, bisa terwujud.

Di Jakarta sendiri dan kota-kota lain, sosok seperti Cesar Millan bukannya tak ada. Meski bisa dibilang tak banyak. Sejumlah pemilik anjing yang tak sekadar menganggap hewan peliharaannnya ini sebagai properti atau status saja, mulai berpikir perlunya hubungan yang sepatutnya terjadi antara manusia dan anjing.


Dalam acara
Dog Whisperer, penonton diajak untuk menyadari bahwa anjing sudah sepatutnya menurut dan patuh pada perintah manusia sebagai pack leader-nya. Dan bukannya manusia yang menuruti anjingnya karena berbagai alasan, dari memanjakan hingga memang tak tahu bagaimana mendidik anjing.

Kepatuhan ini untuk sebagian besar pemilik anjing masa kini, sulit untuk didapatkan secara otodidak. Sebagian besar karena minimnya waktu interaksi dengan anjingnya sehingga pemilik anjing tidak memiliki waktu dan kesabaran untuk melatih hewan peliharaannya ini.


Inilah yang melatarbelakangi munculnya sejumlah sekolah anjing. Salah satunya Rumah Terraria, yang menyatakan dirinya sebagai One Stop Dog's Entertainment karena di tempat ini, disediakan berbagai fasilitas dari tempat perawatan anjing (
grooming), penitipan, dan pelatihan.

Berdiri tujuh tahun yang lalu, Rumah Terraria ini dibangun oleh Yudiyanto Tasma di atas lahan 5000 meter persegi. Terletak di daerah Gunung Sindur, Parung, Bogor, Rumah Terraria memiliki sekitar 50-an kandang anjing, dua kolam renang untuk anjing, area halaman untuk bermain anjing, dan tempat
grooming. Rumah Terraria juga memiliki fasilitas antar-jemput anjing.

Penitipan anjing di sini dibedakan berdasarkan ukuran anjing. Yang kecil (0-10 kg) dipatok Rp60 ribu/hari. Kemudian sedang (10-20 kg) Rp70 ribu, besar (20-40 kg) 80 ribu/hari, dan sangat besar (lebih dari 40 kg) Rp90 ribu.


Harga penitipan tersebut sudah termasuk di dalamnya biaya makan dua kali sehari, dimandikan bersih (grooming), dan setiap pagi dan sore dikeluarkan dari kandang untuk diajak bermain.


Layaknya sebuah taman bermain, Rumah Terraria setiap Sabtu dan Minggu menyediakan fasilitas rekreasi bagi anjing-anjing ini. Mereka akan bisa bersosialisasi dengan anjing-anjing lainnya, berenang, dan
grooming.

Nah, untuk pelatihan, Rumah Terarria mematok waktu tiga bulan untuk bisa menjadikan anjing memiliki kepatuhan dasar. Satu bulan, biaya pelatihan Rp2.500.000. Dan pelatihan ini harus diambil selama tiga bulan.


Di dalam pelatihan ini, anjing harus diinapkan di Rumah Terraria selama tiga bulan dan anjing akan dijamin makanannya, mandi bersih, diberi obat cacing, dan perawatan lainnya.


Pelatihan kepatuhan dasar ini berupa mengajarkan anjing untuk SIT (duduk dalam posisi benar), STAY (diam), DOWN (tiarap dalam posisi benar), No (larangan), Heel (Berjalan di posisi yang benar), Good (pujian), Sit stay (duduk diam), Come (panggilan/datang menghampiri), Down Stay (Tiarap dan diam).


Selama masa pelatihan, pemilik wajib untuk ikut pelatihan selama satu kali dalam sebulan. “Biar nantinya anjingnya nurut ke tuannya, bukan ke pelatihnya,” ujar Tajri yang sudah empat tahun menjadi pelatih di Rumah Terraria. Pemilik anjing juga bebas untuk mengunjungi dan melihat hewan kesayangannya ini.


Tanpa keterlibatan pemiliknya, Tajri tak bisa menjamin anjing akan bisa patuh saat kembali ke rumah. “Ya pernah itu si pemiliknya komplain kok di rumah, si anjingnya ga nurut ke dia. Ya habisnya dia nggak pernah datang pas masa pelatihan,” kata Tajri.


Selama kariernya sebagai pelatih anjing – dulunya Tajri mengkhususkan diri dalam melatih Rottweiler – menurut lelaki berambut gondrong ini, ras Siberian Husky dan Beagle cukup sulit untuk diajari. Menurut Tajri, Siberian Husky sering memiliki kemauan sendiri. Sementara Beagle memiliki karakter bandel. Untuk anjing yang mudah diajari adalah jenis Retriever yang memang memiliki karakter anjing rumahan.


Karakter anjing rumahan seperti Retriever bisa diajari meski sudah berusia setahun atau dua tahun. Berbeda halnya dengan tipe anjing penjaga seperti Labrador, Rottweiler, atau Herder. Anjing-anjing penjaga harus diajari sejak kecil – sekitar lima bulan. Selepas usia itu, materi apa pun yang diajarkan sangat memerlukan waktu dan kesabaran.


Untuk fasilitas pelatihan anjing ini, Rumah Terrari tak banyak menerima konsumen. Maklum, banyak sekolah anjing yang sudah ada saat ini. Sebagian besar lebih fokus untuk anjing-anjing penjaga seperti sekolah khusus anjing yang disediakan kepolisian, yang terletak di daerah Puncak, Bogor.


Fasilitas yang paling laris di Rumah Terraria justru rumah penitipan atau hotel. Seperti yang terjadi pada Dunkin, anjing kampung yang dititipkan di situ oleh pemiliknya selama tiga tahun. Pemiliknya membayar semua biaya perawatan dan penitipan untuk Dunkin, dan secara berkala mengunjunginya.


“Pemiliknya sayang banget, tiap minggu pasti datang menengok. Dia dititipin karena komplek perumahan pemiliknya tidak mengizinkan ada anjing, jadi dia mending bayar mahal untuk Dunkin,” kata Tasiah, istri Tajri yang juga menjadi salah satu staf di Rumah Terraria.


Saat penulis datang ke Rumah Terraria, ada puluhan anjing yang dititipkan. Berbagai jenis. Dari anjing Kintamani, Samoyed, Beagle, Retriever, hingga St. Bernard.


Rumah Terraria juga sering menjadi tempat kumpul-kumpul para pecinta anjing dan komunitasnya. Ada banyak foto-foto komunitas pecinta anjing seperti Retriever, berkumpul di situ. Tampak pula foto sejumlah artis dengan anjing-anjing kesayangan mereka dipajang di Rumah Terraria. Di antaranya foto artis dan model Aline dan Davina.


Keberadaan tempat seperti Rumah Terraria ini telah menjadi semacam oase bagi para penyayang anjing dan juga bagi hewan ini sendiri apalagi di tengah makin minimnya kualitas hidup anjing-anjing rumahan saat ini.



http://www.beritasatu.com/keluarga/74783-anjing-pun-perlu-sekolah-rekreasi-dan-hotel.html

GABUNG Halaman Facebook saya 
Info Menarik KKK Blogger's
Dengan mengklik Tombol SUKA dibawah ini

Perjuangan Hidup Anjing, Dari Ditelantarkan Hingga Jadi Santapan

 Draco, jenis anjing St, Bernard yang ada di Rumah Terraria
Aksi penyelamatan hewan masih terbentur pada sejumlah pasal.

Hati Fanny Wiriaatmadja teriris mendengar kabar dari Bandung. Empat ekor anjing ditemukan dalam keadaan mengenaskan karena pemiliknya pulang ke Kalimantan dan meninggalkan anjing-anjingnya di kos-kosan yang ia tinggali. Saat teman-teman kosnya masuk ke kamarnya, anjing-anjing itu dalam keadaan sekarat. Dua anjing didiagnosa mengalami kasus penyakit distemper dan dua lainnya terjangkit parvovirus.


“Semua dokter hewan di Bandung sudah menolaknya. Mereka tidak bisa menanganinya lagi. Jadi malam ini volunteer di Bandung sedang membawa mereka ke Jakarta. Kami berpacu dengan waktu nih jadinya,” kata Fanny pada Sabtu (29/9) malam.


Penyakit distemper ini semacam ISPA pada manusia. Mengganggu pernapasan dan sistem pencernaan anjing. Sedangkan parvovirus terbilang sangat berbahaya dan sepanjang kasus yang ditangani Garda Satwa tempat Fanny menjadi pengurus harian, tidak ada anjing yang selamat setelah terkena virus ini.


Begitu di Jakarta, Fanny akan memasukkan anjing-anjing malang ini Rumah Sakit Hewan Jakarta di kawasan Ragunan. “Kalau sudah masuk RSHJ kan tidak lagi bisa ditolak mereka ini,” ujar Fanny.


Kasus ini bukanlah salah satu yang terberat yang dialami Garda Satwa. Lembaga pengayom satwa berbadan hukum ini pernah menyelamatkan seekor anjing yang ditelantarkan pemiliknya. Karena stres, si pemilik menyekap anjingnya di balkon di rumahnya di daerah Kelapa Gading, Jakarta. Anjing ini tidak diberi makan dan dia dalam keadaan diikat.


Warga sekitar pun menghubungi Garda Satwa dan meminta anjing malang ini diambil saja dan diselamatkan. Sayangnya prosesnya tak semudah itu. “Meski ada pasal 302 KUHP yang mengatakan bahwa kita bisa mengambil tindakan jika melihat ada satwa yang teraniaya, tapi dalam ranah hukum, anjing masuk sebagai benda kepemilikan. Jadi kalau hilang, masuk dalam pasal pencurian. Nah kita nggak bisa semata-mata itu mengambil anjing ini, nanti bisa dikatain pencuri,” ujar Fanny yang berprofesi sebagai pengacara.


Akhirnya Fanny dan teman-teman dari Garda Satwa menggalang petisi dari warga yang menyatakan bahwa mereka akan mengambil tindakan untuk mengambil hewan ini. Itu pun menurut Fanny, mereka menjanjikan pengambilan itu untuk diperiksakan kesehatannya karena tetap saja posisi mereka tidak kuat karena anjing dinilai sebagai benda milik.


Halangan lainnya sering kali laporan warga yang diterima Garda Satwa, tidak dibarengi dengan bantuan dari warga tersebut. “Sulit sekali ketika kami mendapat laporan ada hewan yang harus diselamatkan dan itu terjadi pada malam hari dengan lokasi yang jauh. Sementara kami para volunteer tidak ada yang rumahnya dekat dengan lokasi. Sewaktu kami minta ia untuk menaruh satwa itu dulu di tempatnya, dan besok paginya kami jemput, itu saja tidak banyak yang mau,” ujar Dhini Dhamayanti, salah satu pengurus Garda Satwa.


Garda Satwa terbentuk pada 24 Juni 2012 tak hanya untuk menyelamatkan anjing-anjing terlantar saja. Lembaga ini juga memiliki tujuan untuk mengurangi populasi satwa yang didomestifikasi.


Bagi GS, menolong satwa sama saja menolong manusia. Mereka melihat bahwa makin banyak hewan domestifikasi yang telantar dan kondisi ini sebenarnya juga memberi dampak buruk pada manusia. Misalnya kotoran hewan-hewan liar yang telantar ini akan membawa virus-virus yang bisa mengenai manusia.


Untuk mengurangi populasi satwa domestifikasi itulah, sterilisasi dan kastrasi hewan adalah harga mati di GS. Mereka yang mengadopsi hewan dari GS, akan disodori surat kontrak bahwa mereka wajib menjamin hak hidup hewan yang diadopsi selama 15 tahun, dalam kondisi sehat maupun sakit, dan melakukan steril atau kastrasi.


GS juga memiliki pakem untuk mengadopsi, tidak membeli hewan. Ini kaitannya dengan pembatasan populasi tadi. Dengan mengadopsi, maka gerakan ini diharapkan bisa menghambat penjualan hewan yang oleh sebagian pihak dijadikan bisnis. GS menemukan bahwa banyak praktik breeding yang digunakan untuk bisnis penjualan hewan.


“Anjing kan dalam setahun paling banter memiliki masa kawin dua kali. Anjing-anjing yang sengaja di-breed untuk mendapatkan turunan rasnya, disuntik hormon untuk kawin lagi,” kata Dhini. Hasil persetubuhan paksa ini sering kali menghasilkan keturunan anjing yang cacat dan kemudian tidak ada yang menginginkannya.


Kasus-kasus anjing yang ditolak inilah yang sering diselamatkan oleh GS. Fanny pernah mendapatkan anjing ras dogo argentino yang akan dibuang pemiliknya karena menderita hydrocephalus.


Praktik breeding ini tidak hanya dialami anjing-anjing ras untuk mendapatkan keturunannya untuk dipelihara, tapi juga untuk anjing-anjing lokal yang akan dijadikan santapan.


GS pernah menginvestigasi dan memvideokan penyelidikan mereka tentang nasib anjing-anjing yang dijadikan olahan masakan Batak di sejumlah lapo di daerah Cawang, Jakarta. “Dalam sehari, lapo-lapo di daerah itu menghabiskan 100 ekor anjing. Bayangkan dari mana mereka mendapatkan daging anjing ini,” kata Fanny yang menambahkan bahwa rekan-rekan kerjanya di GS yang melakukan penyelidikan itu memutuskan menjadi vegetarian setelahnya.


Pandangan yang mendukung sterilisasi dan kastrasi ini juga dimiliki sebagian besar lembaga dan komunitas pengayom anjing. Misalnya Jakarta Animal Aid Network dan Pejaten Shelter.


Untuk menjamin proses sterilisasi ini, GS secara khusus mengalokasikan dana donasi yang mereka terima untuk mensterilkan anjing atau kucing yang mereka terima dan dititipkan. Biaya ini tak sedikit dan sering kali dana donasi yang mereka terima tidak mencukupi sehingga para pengurusnya patungan sendiri. “Karena untuk satu ekor anjing aja kami akan menghabiskan sekitar Rp850 ribu untuk steril, vaksin, hingga obat cacing,” kata Fanny.


Meski GS terbilang masih sangat muda, namun lembaga yang diketuai oleh Sri Hendarianto SP ini memiliki jaringan di dua kota, Bandung dan Yogyakarta sebagai shelter.


Sebagai lembaga yang menerima funding, sejak awal terbentuknya, GS yang menempatkan Cyril Raoul Hakim, Alberthiene Endah, dan Mohamad Guntur Romli sebagai Pembina ini mewajibkan diri untuk memiliki laporan keuangan yang jelas. “Karena kami melihat bahwa selama ini kelompok-kelompok rescuer yang sporadis itu memiliki kelemahan dalam mempertanggungjawabkan keuangan mereka sehingga uangnya malah habis ke rescuer bukan ke hewannya,” kata Fanny.


Pentingnya pertanggungjawaban keuangan ini diperlukan mengingat biaya penyelamatan satwa memang tidak sedikit. Apalagi sepanjang kasus yang ditangani GS, kebanyakan hewan yang ditelantarkan dan diadopsikan justru anjing ras.


Menurut Fanny ada tiga alasan mengapa lebih banyak anjing ras yang dilepaskan pemiliknya.  Pertama, mereka kaget sewaktu kecil lucu, ternyata setelah gede, anjing ras ini makannya banyak sehingga mereka tidak siap secara biaya. Kedua, anjing ras cenderung lebih rentan dan lemah terhadap penyakit sehingga harus sering dirawat ke dokter hewan. Biaya ini pula yang tak disiapkan pemiliknya. Ketiga, ketika akan di-breeding, ternyata hasilnya gagal dan pemilik ogah memeliharanya.


Hal-hal inilah yang menjadikan kelompok-kelompok seperti Garda Satwa mesti terus bekerja keras. Tidak hanya untuk menyelamatkan satwa yang ditelantarkan pemiliknya, tapi sekaligus mendidik para manusianya untuk bersikap lebih bertanggungjawab pada hewan peliharaannya.


http://unik-aneh.lintas.me/go/beritasatu.com/perjuangan-hidup-anjing-dari-ditelantarkan-hingga-jadi-santapan/ 

GABUNG Halaman Facebook saya 
Info Menarik KKK Blogger's
Dengan mengklik Tombol SUKA dibawah ini

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...