Kaleb Bussenschutt tak bisa memakan apapun. Dia tak hanya menderita alergi kacang atau susu. Bocah lima tahun asal Australia itu alergi terhadap semua makanan.
Hanya dua hal yang bisa dia telah lewat mulutnya, air putih dan beberapa merek jus jeruk.
Bagaimana cara bocah ini bertahan hidup? Selama 20 jam perhari, sebuah mesin khusus memompa nutrisi ke perutnya.
Sebelum dokter menyembuhkannya, Kaleb tak akan pernah bisa menikmati segelas bir pertamanya ketika beranjak dewasa, atau bahkan kue ulang tahunnya.
Kaleb tak bisa mengecap makanan jenis apapun. Tak hanya itu, pergaulan bocah lucu ini pun terganggu. Dia tak bisa meminjam barang teman-temannya, bahkan untuk sebuah pinsil. Sebab, dikawatirkan ada sisa-sisa makanan yang menempel di pinsil tersebut.
Ibunya, Melissa Bussenschutt mengatakan dokter sama sekali tak tahu apa yang terjadi pada Kaleb. Dokter hanya tahu makanan membuat Kaleb tersiksa dan melukai lambung putranya.
“Hanya satu yang kami tahu, dia tersiksa. Dia menderita malabsorbsi parah. Kaleb tidak bisa menyerap makanan,” kata Melissa Bussenschutt, seperti dimuat laman berita News.com.au,
Sampai saat ini, tambah dia, Kaleb terus menjalani serangkaian tes, untuk mengetahui mengapa dia tak bisa makan.
“Jika kami pergi makan malam di restoran, dia hanya mendapatkan semangkuk es batu. Lalu, Kaleb akan bertanya ‘Apa yang kalian makan? Bagaimana rasanya?’. Dia merasa kondisinya ini tak adil,” kata sang ibu.
Tiap Februari, di hari ulang tahunnya, Kaleb tetap berpesta, lengkap dengan badut dan kue tart.
“Dia tetap meminta kue ulang tahun, hanya untuk tiup lilin. Tapi lalu minta kakak perempuannya untuk memakan kue itu,” tambah dia.
Dalam dunia medis diketahui satu dari 20 anak memiliki alergi terhadap makanan tertentu. Namun, kebanyakan alergi tersebut dalam taraf ringan dan akan hilang dalam jangka waktu tertentu.
Menurut seorang pakar, Profesor Peter Sly alergi yang diderita Kaleb sangat langka. “Saya mengetahui beberapa masalah soal penyerapan makanan. Tidak diketahui apakah itu benar-benar alergi atau intoleransi,” kata Sly.
Keluarga Bussenschutt tak menyerah untuk mengetahui apa sebenarnya yang diderita sang anak. Mereka tetap berusaha menghimpun dana untuk penelitian penyakit Kaleb, diantaranya lomba balap sepeda dari Melbourne ke Adelaide tahun