Anak bisu berbakti ini pergi mengemis sisa makanan dari orang lain untuk dikasih makan ibunya, asalkan sudah mendapatkannya, dia pasti membawa pulang ke rumah dan menaruhnya di depan ibunya, menunggu setelah ibunya duluan makan, diri sendiri barulah makan, ibu kalaulah tidak memakannya, dia juga tidak pernah sudi untuk memakannya. Terkadang menghadapi saat sewaktu ibunya lagi marah, dia akan menunjukkannya mimik wajah yang bisa membuat orang lain jadi tertawa, menari – nari di hadapan ibunya, sampai membuat ibunya tertawa barulah berhenti.
Ibu dia tak ada mempunyai anak yang lainnya, hanya memiliki seorang anak bisu, pada mulanya dia begitu sedih karena anak tunggalnya yang bisu, tetapi lama kelamaan, anak bisu yang begitu berbakti sekali, membuatnya jadi sangat terhibur, malahan merasakan anak bisu yang berbakti ini jauh lebih baik dibandingkan dengan anak lainnya.
Pada suatu kali, ada seorang yang lagi memakan buah semangka, melihat anak bisu yang berbakti ini lewat, lalu memberikan separuh semangka kepadanya, anak bisu ini menganggukkan kepala tanda terima kasih, lalu membawanya pulang ke rumah. Orang yang memakan semangka ini pernah mendengarkan cerita orang, asalkan setiap kali anak bisu berbakti ini mendapatkan makanan, pasti duluan memberikannya kepada ibunya untuk di makan, makanya dia jadi merasa ingin tahu dan mengikuti di belakangnya, berpikir hendak membuktikannya, kemudian benar – benar demikian halnya. Dia benar – benar memuji bahwa anak bisu yang berbakti ini benar – benar berbuat sesuai dengan apa yang diceritakan oleh orang lain mengenai bakti dari anak tersebut.
Kemudian ibu dari anak bisu berbakti ini meninggal, tetangga dikampungnya sedang berdiskusi hendak menyumbangkan uang untuk memakamkan ibunya. Melihat anak bisu itu tergesa – gesa menarik baju dari orang kampung, dan membawa mereka sampai ke samping sebuah sumur, dengan jari telunjuk menunjuk pada sumur itu beberapa kali, pada mulanya mereka tak tahu akan maksudnya, lalu mengambil tali untuk turun ke dalamnya untuk melihatnya, rupanya di bawah sumur ada terdapat begitu banyak uang, cukup untuk membeli baju dan peti mati, dan segala biaya pemakamam yang diperlukannya semuanya telah tercukupi. Semua orang saling memandangi, begitu kaget sekali, juga tak tahu dari mana datangnya uang tersebut. Ada orang berkata ”Anak berbakti ini setiap hari mengemis makanan pulang, pasti melempar uang logam ke dalam sumur, menimbun begitu lama, makanya ada sedemikian banyak uang”.
Anak bisu berbakti ini setelah mengurus pemakamam ibunya, lalu pergi jauh, di jalan Kun MIng tak pernah lagi terlihat akan bayangannya.